Hendri Kampai: Raja Itu Orang Pertama untuk Disalahkan, Orang Terakhir untuk Dipuji

    Hendri Kampai: Raja Itu Orang Pertama untuk Disalahkan, Orang Terakhir untuk Dipuji

    PEMERINTAH - Pada suatu masa di sebuah kerajaan yang gemah ripah loh jinawi, hiduplah seorang raja yang amat dihormati oleh rakyatnya. Raja itu adalah pemimpin yang tampak bijak dari luar, tetapi di dalam hatinya, ia sering merenungi apa sebenarnya makna menjadi seorang pemimpin sejati. Dalam sunyi di ruang tahtanya, ia termenung memandangi mahkota emas di kepalanya. Mahkota itu berat, seperti mengingatkan dirinya bahwa tanggung jawab seorang pemimpin bukanlah beban yang ringan.

    Raja itu menyadari, seorang pemimpin adalah lebih dari sekadar duduk di atas singgasana dan memberi perintah. Ia adalah sosok yang memegang kendali penuh atas kerajaan, yang memutuskan setiap kebijakan yang akan menentukan nasib rakyatnya. Tiap keputusan yang ia buat bagaikan mata air yang mengalirkan kehidupan, tetapi juga bisa menjadi badai yang menghancurkan jika ia salah melangkah. Dengan itu, raja tahu bahwa ia harus bijaksana, memikirkan matang-matang sebelum membuat keputusan, karena nasib ribuan jiwa bergantung pada arah yang ia pilih.

    Selain itu, seorang raja tidak hanya bertugas memimpin tindakan. Ia juga harus turun tangan mengawasi kebijakan dan memastikan semua yang telah diputuskan berjalan dengan benar. Dalam hatinya, ia tahu bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang memberi perintah, tetapi juga memberi teladan. Ketika ia ingin rakyatnya bekerja keras, ia pun harus menunjukkan bahwa dirinya bekerja lebih keras dari siapa pun. Ketika ia menginginkan rakyatnya hidup jujur, ia harus menjadi cermin kejujuran itu sendiri.

    Raja itu memahami bahwa kepemimpinannya adalah soal pengelolaan. Ia harus mengelola segala sumber daya yang dimiliki kerajaannya, baik sumber daya alam yang melimpah maupun sumber daya manusia yang menjadi tulang punggung kerajaan. Ia sadar, hutan-hutan, sungai-sungai, dan tambang emas yang dimiliki kerajaan adalah titipan yang harus digunakan dengan bijak, bukan untuk dihabiskan, tetapi untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Sementara itu, rakyatnya bukanlah sekadar alat untuk menjalankan kebijakan, tetapi manusia yang harus dirangkul, didengarkan, dan diberdayakan.

    Di atas segalanya, sang raja tahu bahwa tanggung jawab seluruh kerajaan ada di pundaknya. Ia adalah orang pertama yang akan disalahkan jika terjadi kegagalan, tetapi juga orang terakhir yang layak menerima pujian atas keberhasilan. Kesadaran ini memberatkan hatinya, tetapi juga memberinya kekuatan. Ia tahu bahwa memikul tanggung jawab sebesar itu adalah kehormatan yang hanya dimiliki oleh seorang pemimpin sejati.

    Pada akhirnya, di tengah malam yang sunyi, sang raja menatap keluar jendela istananya, memandang rakyat yang sedang terlelap dalam damai. Dalam hatinya, ia berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan menjadi pemimpin yang sadar akan tanggung jawabnya, yang tidak hanya memutuskan dan memimpin, tetapi juga melayani, menjaga, dan mencintai rakyatnya dengan sepenuh hati. Sebab, ia tahu, seorang raja yang sejati bukanlah tentang kuasa yang ia miliki, tetapi tentang tanggung jawab yang ia emban demi kemakmuran dan kebahagiaan semua orang di kerajaannya.

    Jakarta, 08 Januari 2025
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai raja pemimpin
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jangan Mengaku Jurnalis Jika...

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Banyak Berjanji tapi Minus...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Ratusan Warga Gruduk Kantor Desa Sindangjaya    Mangunjaya
    Buntut Tak Penuhi SKP, Sejumlah Dokter di Karo Bakal Tak Dapat Ijin Praktik  **Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dan Klinik Dipastikan 'Lumpuh' 
    Hendri Kampai: Pemimpin Korup Itu Mengkorupsi Janjinya Sendiri
    Polsek Telukjambe Timur Optimalkan Sambang Dialogis Kepada Masyarakat

    Follow Us

    Random

    Tags

    Voting Poll