OPINI - Ganjar dan Prabowo rebutan dukungan dan pendukung Jokowi. Ini membuktikan mereka tidak percaya diri, setidaknya mereka tidak percaya kalau mereka pantas untuk menjadi presiden dari sebuah negara dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa tanpa berada di bawah bayang-bayang Jokowi.
Pertanyaan bagi rakyat saat ini, Ganjar dan Prabowo apakah mau menjadi presiden yang akan membawa kemakmuran atau mau menggantikan Jokowi dengan segala kontroversinya.
Selama 10 tahun Jokowi dibai'at oleh Megawati sebagai Petugas Partai, sementara Ganjar dan Prabowo akan menjadi Petugas Jokowi, melanjutkan apa yang dilakukan Jokowi, atau dengan cara halusnya bisa dikatakan untuk menjadi Presiden di 2024, Ganjar dan Prabowo rela menjadi Petugas dari Petugas Partai yang sukses menjadi Petugas Partai selama 2 periode atau 10 tahun yang penuh kontroversi.
Kekalahan Ganjar dan Prabowo dari Anies Baswedan sudah dimulai dari pengumuman Calon Presiden dari partai pendukungnya.
Anies diumumkan paling pertama sebagai Calon Presiden secara resmi oleh Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat.
Sementara Ganjar dan Prabowo hadir setelah Anies diumumkan, dan itu juga penuh keraguan, dibuktikan dengan bertukar gantinya koalisi dari partai pendukung. Ini menunjukan bahwa dari partai-partai pendukung Ganjar dan Prabowo pun tidak yakin dengan capres yang didukungnya. Itulah "Politik" kata para pengamat yang mencoba membenarkan situasi koalisi saat ini.
Terlihat kembali kekalahan Ganjar dan Prabowo saat Partai Nasdem, PKS, dan PKB mengumumkan Anies - Muhaimin Iskandar (Amin) menjadi pasangan Capres dan Cawapres dari koalisi Perubahan.
Ganjar - Prabowo kembali dikalahkan, mereka oleng karena Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan PKB yang merupakan tokoh dan partai yang dibangun dan didukung oleh kalangan NU telah resmi mendeklarasikan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024 mendatang.
Baca juga:
PKS Trenggalek Tolak Kenaikan BBM Bersubsidi
|
Panik! Ganjar dan Prabowo mulai me'rating' tokoh-tokoh dari kalangan NU, mulai dari Yenni Wahid, Khofifah, sampai Mahfud pun tak luput, walaupun dibandingkan ke 3 tokoh ini, Cak Imin mempunyai popularitas, elektabilitas, dan kapasitas jauh lebih tinggi.
Cak Imin itu paket lengkap, anak muda, tokoh politik, ketua partai, dan anak kandung NU. Hal ini bisa dibuktikan dari sejarah berdirinya PKB, dan lamanya Cak Imin memimpin PKB, serta jabatan yang pernah diemban Cak Imin selama berkarir di dunia politik.
Cak Imin adalah satu-satunya saat ini Calon Wakil Presiden yang 100% santri, ini 'Branding' yang lahir secara alamiah dan melekat, bukan santri KTA, ataupun mendadak santri. Cak Imin lahir dan dibesarkan oleh santri dan menjadi santri sejati. Tidak ada satu orang pun yang bisa membantah hal ini, termasuk Ganjar dan Prabowo.
Politik adalah momentum, Prabowo sudah kehilangan momentum untuk menjadikan Cak Imin jadi Cawapres, karena sekarang sudah menjadi Pasangan Anies Baswedan.
Sampai hari ini Prabowo masih pusing dan mungkin pening mencari tokoh dari NU yang bisa mengalahkan Cak Imin sebagai Cawapres. Sementara Cak Imin semakin hari semakin kuat, dan memang kuat di kalangan NU.
Cak Imin sebagai seorang Ketua Partai Terbesar di Indonesia dan sekaligus Tokoh NU yang tidak bisa terbantahkan dengan argumentasi apapun.
Politik adalah persepsi, menjadikan tokoh NU menjadi Cawapres bagi Ganjar dan Prabowo juga belum tentu menguntung, alih-alih bisa jadi 'Bumerang' karena akan menimbulkan kesan untuk memecah suara NU yang telah bulat mendukung Cak Imin.
Kesan ini sudah pasti kurang bagus karena didalam dunia 'Fisika Politik' yaitu dalam suatu gerakan yang membenturkan akan ada pantulan atau pukulan balik dari benturan tersebut, dan mungkin saja hantamannya akan lebih kuat kalau subjek yang dihantamkan adalah pejal seperti karet, tetap utuh dan bulat tapi menghantam balik lebih kuat.
Berpikir keras untuk mengambil tokoh NU sebagai Cawapres bagi Ganjar dan Prabowo akan hanya buang waktu dan menambah kepanikan baru, karena popularitas dan elektabilitas Cak Imin bagi kalangan NU belum ada satu tokoh pun yang bisa disejajarkan. "Tokoh Politik, Ketua Partai, dan Santri NU".
Satu-satunya pilihan bagi Ganjar dan Prabowo adalah berkoalisi menjadi Capres dan Cawapres dalam satu paket untuk Pilpres 2024. Mungkinkah? Mungkin, karena politik adalah tentang kemungkinan. Mungkin Menang, dan Mungkin Juga Kalah. Semangat Berjuang!
Jakarta, 10 Oktober 2023
Awalan H Akhiran I
Ahli Fisika Politik